Sabtu, 21 Januari 2017

Kamu Tahu Sedamba Apa Aku Padamu

   Bagian ini yang membuatku merasa cinta itu tidak adil. Atau, kamu seharusnya tidak lagi hadir. Aku yang begitu dalam mencintai, kamu pilih untuk kamu abaikan. Sementara saat aku menjauh untuk memulihkan hatiku, tiba-tiba saja waktu mempertemukan kita. Aku benci momen-momen seperti ini. Aku tidak ingin lagi menjalani hari-hari sedih seperti yang dulu aku alami. Aku yang meminta kamu, yang tak pernah ingin menerima cinta. Aku ingin baik-baik saja. Menjalani hidup sebagaimana mestinya. Sejujurnya, sudah kubiarkan kamu menjadi kuburan penuh luka didada. Kuendapkan dan tak ingin lagi kuhidupkan.

   Kamu tahu sedamba apa aku padamu, juga tahu sedalam apa aku terluka dulu. Kamu paham bagaimana susahnya aku meyakinkanmu. Kamu mengerti bagaimana akhirnya aku harus menyerah untuk melupakanmu yang begitu berarti. Kamu yang membiarkan semuanya seperti ini. Melepaskan aku pergi, seolah memang tidak pernah kamu ingini. Kamu memilih diam saat aku menyeka lembap hujan disudut gelap mataku. Kamu membiarkan semua menjadi yang orang-orang sebut masa lalu. Kamu yang membunuhku dengan segala ketidakpedulianmu.

Minggu, 15 Januari 2017

Kamu Tidak Selayaknya Mempermainkan Hatiku

   Mungkin tidak akan membenci. Hanya saja terlalu lelah akan membuat seseorang menjaga hatinya lagi. Seperti yang aku lakukan. Aku berhenti mengejarmu. Aku lelah dengan sesuatu yang tidak pasti. Kubiarkan kamu benar-benar menjauh dari hati. Kejarlah dia yang kamu pikir lebih baik dari aku  kejarlah dia yang membuatmu meninggalkan aku. Bagimu aku hanya orang yang terlalu mencintaimu. Orang yang kamu pikir akan selalu ada untuk mendengar keluh kesahmu. Saat dia yang kamu kejar tak menjawab apa saja yang kamu katakan. Kamu pikir aku bisa menjadi pelampiasanmu atas kekesalanmu pada sikapnya yang tak mengacuhkanmu.

   Satu kesalahan orang yang sedang dikejar, ia menganggap akan selalu dikejar dan dicintai oleh orang yang mengejarnya. Ia lupa satu hal penting, bahwa perasaan seringkali berubah. Aku telah memilih mengubah perasaanku. Sungguh tidak ingin lagi menjadi tempat melepas penatmu. Aku punys hati dan aku juga ingin dihargai. Aku ingin merasakan cinta terbalas, bukan menjadi orang yang menjadi tempat melepaskan segala susahmu. Kejar saja dia yang terus berlari darimu, aku juga akan mengejar impianku dan menjauh darimu.
  
   Kalau yang kamu pilih untuk meninggalkanku ternyata tidak sehebat yang dulu kamu bayangkan, terima saja, mungkin itu hadiah dari segalanya. Kamu harus sadar satu hal, terkadang orang yang kamu inginkan adalah orang yang akan membuatmu menyesal. Kamu harusnya menyadari akulah orang yang mampu melengkapi. Namu, kamu terlalu mengikuti egomu. Kamu terus memujanya dan sengaja menyakitiku. Aku juga bisa lelah. Itulah sebabnya aku berhenti dan memilih jalan yang berbeda. Aku ingin menikmati perasaan yang berbalas cinta.

Jumat, 13 Januari 2017

Menjadi Bahan Tertawamu

   Salah satu hal yang paling aku suka didunia ini adalah melihat kamu tertawa lepas. Entah kenapa, saat kamu tertawa ada sesuatu yang hangat terasa didada. Menjalar hingga aku juga ikut tersenyum jadinya. Itulah mengapa setiap kali kamu bersedih, aku akan selalu berusaha ada. Pekerjaan dan hal-hal lain sebisa mungkin kuselesaikan agar aku punya waktu denganmu. Aku ingin menikmati setiap momen kamu tertawa.

   Aku juga tidak mengerti sejak kapan perasaan itu datang. Perasaan senang karena melihat kamu yang girang. Kamu kadang tertawa sambil menahan tangis. "Kamu ini...," ucapmu. Lalu, menyeka air matamu. Kamu tersenyum, seolah kesedihan yang baru saja kamu rasakan hilang ketika aku ada disampingmu. Dan, semua itu tentu membuatku senang. Bukan kepalang senangnya. Aku bahagia setiap kali berhasil membuatmu yang sedih menyudahi kesedihanmu. Aku merasa berguna menjadi seorang yang berada didekatmu.

   Jika ada seseorang yang bertanya: apa yang selalu ingin kamu lihat didunia ini? Aku akan menjawab: melihat kamu tertawa. Bisa menemanimu melalui banyak hal. Bisa bersamamu meski dengan hal-hal yang tidak begitu istimewa. Meski aku hanya teman yang kamu undang saat kamu sedih. Teman yang akan selalu bersedia datang menenangkan hatimu yang perih. Dengan cara apapun, aku selalu ingin melakukan hal-hal yang membuatmu bahagia.

   Saat kamu bersedih, aku selalu bersedia menjadi bahan tertawamu. Menjadikan diriku terlihat konyol, bahkan mungkin bodoh dimatamu. Lalu, kamu lupa pada dia yang menyakitimu. Semua itu selalu membuatku merasa bahagia. Tidak apa lelah dan terlihat bodoh. Tidak apa, asal kamu bahagia dan bisa tertawa lagi. Meski kamu tidak pernah juga menyadari, aku mencintaimu

Rabu, 11 Januari 2017

Hiduplah Sejenak, Lalu Silakan Mati Lagi

   Teruntuk kamu yang pernah kubunuh mati dalam kepalaku. Kamu yang kupunahkan dalam dadaku. Bisakah kamu hidup lagi untuk sejenak saja? Kita nikmati lagi udara yang sama. Kita nikmati lagi lagu-lagu dengan suara cempreng memecahkan udara. Atau, berjalan-jalan di tepi laut, menikmati waktu berdua berlama-lama. Jika kamu malas kemana-mana, kita bisa menghabiskan waktu di rumah saja. Membaca buku dan tak saling bicara. Aku hanya ingin menghabiskan waktu bersamamu. Menghitung detak jam seperti itu. Menyumpahi waktu yang terasa begitu cepat berlalu.

   Aku ingin menikmati lagi saat-saat denganmu. Saat ketika kita masih suka menabung rindu. Saat-saat kita masih saling percaya pada kalimat, cinta itu kamu. Saat kamu belum memilih pergi. Saat kamu belun memilih mengkhianati. Saat aku belum membunuhmu sampai mati. Saat aku belum membenci semua hal yang mengingatkan kita. Sebelum semuanya menjadi seperti sekarang. Hiduplah sejenak, mari kita menikmati waktu berdua.

   Setelah kamu hiduo lagi. Berdandanlah seperti dulu. Seperti saat pertama kali hatiku jatuh kepadamu. Saat pertama kali aku menyadari betapa indahnya caramu menatapku. Saat aku tidak bisa mengendalikan diri untuk tidak bertemu kamu. Kita hitung kembali detik-detik berlalu. Mengulang lagi apa-apa saja yang pernah kita lalui. Juga menikmati lagi momen-momen cemburu. Momen memperdebatkan sesuatu yang berakhir dengan bercumbu. Aku ingin kamu hidup kembali dan menenggelamkan lagi kita dalam waktu yang terasa begitu cepat berlalu.

   Setelah kita lelah saling melepaskan rindu, bawalah aku menemui hal-hal yang kubenci. Bawa lagi aku pada masa kamu pernah mencintai orang lain selain aku. Bawa lagi aku kepada hal-hal yang membuatmu menyia-nyiakan perjuanganku. Lalu, aku akan membunuhmu kembali. Menguburmu lebih dalam dari rasa patah hati. Dan, tidak akan pernah lagi berharap kamu hidup lagi. Mati sajalah selamanya.

Apa Dayaku Jika Kamu Tak Pernah Mau Tahu

   Ingin rasanya aku berteriak dihadapanmu. Menanyakan apa kamu sebodoh itu tidak tahu arti tatapanku. Mengapa kamu tidak peka dengan apa yang aku rasakan?. Ingin rasanya kusampaikan segala hal tersimpan dihatiku. Ingin rasanya kukatakan saja kepadamu. Akulah orang yang memikirkanmu sepanjang hariku. Akulah orang yang tidak pernah luput memerhatikanmu. Namun, mengapa kamu terlihat bodoh dan tak mau tahu. Apa kamu tidak punya perasaan dihatimu?. Kurangkah kedekatan kita selama ini?.

   Pernah aku ingin menyatakan kepadamu. Tak peduli apakah kamu merasakan hal yang sama. Namun, seketika aku tidak punya nyali saat berada dihadapanmu. Matamu selalu saja mampu membungkam apa yang aku pendam. Suaramu selalu saja mampu meredam apa yang bergejolak di dadaku terdalam. Sungguh, ini melelahkan sekaligus menyesakkan. Namun, aku tidak pernah ingin melepaskan. Kamu menjadi seseorang yang kuperhatikan sepenuh hati. Seseorang yang ingin kumiliki, tetapi seolah tidak peduli.

   Andai kamu ingin lebih jeli sedikit lagi, selalu ada hati dalam kebersamaan kita setiap hari. Coba saja kamu mau lebih peka sedikit lagi. Mungkin rasanya tidak akan sesakit ini. Kamu akan tahu betapa dalamnya aku memendam rasa. Kamu tidak akan membiarkan hatiku terluka. Namun, semua itu hanya hal yang aku impikan. Bukan sesuatu yang ingin kamu wujudkan. Kamu memilih menjadi orang yang tak mau tahu. Seolah tidak ingin membalas semua isi hatiku.

   Jika saja kamu bersedia membuka hati. Kamu akan tahu betapa dalamnya aku menggelamkan diri. Kamu akan tahu perasaanku bukan sekadar cinta dihati. Aku ingin memilikimu menjadi seseorang yang teramat berarti. Aku ingin memelukmu dengan sepenuh rindu yang sering tak terkendali. Namun, apa dayaku, sampai hari ini kamu memilih tidak mau tahu, apa dayaku, melupakanmu juga tidak mudah bagiku.

Rabu, 09 November 2016

Andai Bisa, Aku Tidak Ingin Mengenalmu Sama Sekali

Andai bisa, aku tidak ingin mengenalmu sama sekali. Sebab jatuh hati padamu membuatku tak bisa benar-benar lari. Kamu mengejarku bersama desau angin, pada malam-malam dingin, pada ketidaksanggupanku menumpasmu, di kepalaku kamu mengepal rindu. Kamu menenggelamkan diri disudut dadaku berkali-kali. Merasuk menjelma bayang-bayang yang menyiksa diriku setiap kali ingin pulang. Aku tak pernah bisa berjalan lebih jauh, sebab sampai saat ini masih saja di kepalaku harap tentangmu utuh.

Andai bisa, aku ingin lupa dan menganggap kamu tak pernah ada. Namun, hari-hari yang berlalu terlanjur kekal dengan kenangan-kenangan tentangmu. Langkah-langkah yang pernah berjalan, membekaskanmu di ingatan. Pulang-pulang yang pernah kita punya, kini membenamkanmu di kepala. Lalu jalan mana yang akan kutempuh? Pelukan mana yang bisa menenangkan? Jika semua pandangan masih saja menghadirkanmu sebagai bayangan. Meski setiap kali mencoba memelukmu lagi, yang kudapatkan hanya kehilangan dam pedih di hati.

Kamu tak pernah tahu bagaimana sesak yang kutanggung karena ulahmu. Setiap malam dan pagi buta, aku harus menenangkan segala resah jiwa. Apakah benar begini caramu untuk mendapatkan bahagia? Inikah yang dulu kamu sebut sebagai cinta? Bukankah kamu yang mengajakku mengembara dan memuja-muja rindu. Kamu juga yang menenangkan segala keresahan jiwa dan kecemasanku akan perihal-perihal yang menyebabkan luka. Kini mengapa kamu menjadi lain begini? Tidakkah kamu mengenali dirimu sendiri? Lupakah kamu pada janji-janji yang pernah kamu ucap? Lalu, kalau sudah begini, bagaimana cara menenangkan hati?

Andai aku bisa, ingin sekali aku menghapusmu dari ingatan yang menyiksa. Tak ada satu hal pun akan kubiarkan menusuk diriku dan menjadikan ingatan terasa pilu. Namun, ingatan dan kenangan tak bisa sesuka kita. Biarlah sedih ini berakhir pada waktunya. Akan kutelan pahit hidup yang kamu sisakan. Segala yang pernah kamu rasukan ke dada ini yang merusak bahagia hati akan kujadikan pelajaran penting bagi hidup ini. Bahwa ternyata tidak semua yang mengakui mencintai benar-benar ingin mempertahankanku sepenuh hati. 

Senin, 07 November 2016

Melupakan Adalah Jalan Panjang Yang Kutempuh Sendiri

   Kamu seseorang yang membawa diriku pergi. Semoga kamu bahagia dengan segala hal yang sudah kamu buat luka. Semoga langkah baik selalu menyertaimu. Maaf, untuk beberapa hal yang kamu rusak dari hidupku tak pernah kurelakan untukmu. Aku tidak bisa melupakan begitu saja. Jika nanti, semesta bercanda dan mempertemukan kita lagi. Segeralah menghindar, sebab bagiku kamu tidak lagi sesuatu yang menarik meski rindu ak sepenuhnya memudar.

   Kamu seharusnya tahu, menyakiti seseorang berisiko dilupakan sampai akhir hayatnya. Jika kita bertemu lagi, berpura-puralah tidak pernah saling melengkapi. Sebab setelah pergimu, luka dihatiku terasa lengkap dan tergenapi. Aku pernah begitu sabr berjuang sepenuh hati. Tanpa menyadari separuh dadaku kamu tusuk berlati. Kamu tikam terlalu dalam hingga aku tak mampu bangkit dari tenggelam bersama rasa sakit. Lama aku gemetar bertahan sendiri. Sebab cintaku padamu teramat sulit kuingkari.

   Aku kehilangan diriku begitu lama. Menjadi asing dengan hal-hal yang kupunya. Aku tidak benar-benar mampu menerima bahwa kamu tidak lagi mengenalku. Apakah tidak pernah terlintas di benakmu, akulah orang yang paling jatuh pada cinta di matamu. Akulah yang terlalu rapuh saat harus kehilanganmu. Mengapa kamu memilih pergi dan membawa diriku tanpa permisi. Hingga kini aku butuh waktu yang lama untuk mengenali diriku seperti semula.

   Pernahkah kamu belajar memahami? Bahwa melupakanmu adalah jalan panjang berlubang yang harus kutempuh sendiri. Aku harus melangkah pelan-pelan, agar tak jatuh dan tetap bisa sampai ke tujuan. Itulah alasan sederhana aku tidak ingin lagi bertatapan dengan matamu di hari depan. Aku takut, aku jatuh lagi pada lubang yang sama, dengan luka yang sama. Rasa sedih ini butuh waktu yang panjang untuk pulih kembali. Tetaplah menjauh agar hidupku bisa kujalani dengan seharusnya lagi.